Keputusan Anies Baswedan menggandeng Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres dipandang jadi jalan tengah untuk menggaet suara warga NU. Tapi data nyatanya berkata lain, hal itu setidaknya seperti diungkap oleh konsultan politik Denny JA.
Dalam video yang diunggah Muhammad Guntur Romli, Denny JA menyebut bahwa suara NU tidak terkonsentrasi seperti yang dibayangkan. Menurutnya suara NU itu cair dan tersebar ke semua parpol tidak hanya di PKB.
Yang cukup mengejutkan bahwa PKB merupakan parpol urutan ketiga yang disokong suara warga NU. Sementara yang pertama adalah PDI Perjuangan.
"Seberapa banyakkah pemilih NU yang bisa dibawa Muhaimin Iskandar mendukung Anies Baswedan dalam pasangan capres cawapres. Data menunjukkan ternyata pemilih NU sebenarnya menyebar ke banyak sekali partai. Dan bahkan PKB bukanlah partai yang paling favorit di kalangan NU," terangnya.
"Ini datanya, bahwa dari pemilih NU yang ke PKB hanya 11,6 persen saja. Bahkan lebih banyak pemilih NU yang ke PDIP sebanyak 21,9 persen, bahkan juga banyak pemilih NU yang ke partai Gerindra 13,6 persen. PKB di urutan ketiga," rincinya.
Lebih lanjut, ia menyebut penyebab PKB bukan jadi partai favorit bagi pemilih NU karena salah satunya faktor sejarah.
"Pertanyaannya mengapa PKB yang lahir dari rahim NU tapi bukan jadi partai favorit nomor satu, jawabannya ada pada sejarah PKB itu sendiri," ucapnya.
"Kita tahu ada satu momen saat itu ada satu legenda di PKB saat itu ada Gus Dur yang terlibat konflik dan kecewa dengan Muhaimin Iskandar, dan sekarang itu masih dihembuskan terutama oleh putrinya Yenny Wahid yang secara terbuka menyatakan oposisinya kepada Muhaimin Iskandar. Itu sebabnya di kalangan pemilih NU, PKB bukan partai favorit. Tapi tentu saja masih ada sebagian kecil dari pemilih NU yang bisa dibawa untuk mendukung Anies Baswedan," tukasnya.