Pendeta-pendeta dan Badan Persaudaraan Antar Iman (BERANI) menyambangi kediaman bacapres Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (15/9).
Kedatangan rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang itu untuk bersilaturahmi sekaligus menyampaikan persoalan bangsa yang tengah menjadi perhatian serius para pendeta dan BERANI.
Salah satu pendeta yang menjadi tamu Anies adalah Pdt. Gilbert Lumoindong.
Dia menyampaikan dua masalah serius yang diharapkan bisa Anies kerjakan jika kelak memenangkan Pilpres 2024, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba.
Para pengedar dan pemakai narkoba yang dipenjara karena diputuskan bersalah oleh pengadilan ternyata tidak menyelesaikan masalah.
"Pendeta inikan keluar masuk penjara untuk melayani para napi, jadi tahu masalahnya. Orang masuk karena urusan lain, keluar jadi pengguna dan pengedar karena di dalam lebih mudah dan lebih murah," tegas Pdt. Gilbert.
Pdt. Gilbert menilai Anies memiliki kriteria kepemimpinan nasional yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dia pun berharap agar Anies ditakdirkan menjadi presiden.
"Yang dibutuhkan di sini bukan hanya ketegasan dan kekerasan tapi juga kesenian memimpin. Semoga Pak Anies bisa menyelesaikan ini karena Pak Anies orangnya tidak pernah keras dalam memimpin. Kalau Tuhan membuka jalannya semoga Bapak bisa membawa aspirasi ini," tutur Pdt. Gilbert.
Anies merasa terhormat menjadi tuan rumah pertemuan para pendeta, tokoh, dan agamawan.
Bacapres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan itu mencatat semua masukan dan aspirasi yang disampaikan kepadanya.
Termasuk kasus penyalahgunaan narkoba yang semakin marak seperti yang dikeluhkan Pdt. Gilbert.
"Kami senang karena rutin berkomunikasi dengan semua pihak. Sehingga dengan pertemuan itu tidak hanya tahu banyak masalah, juga meluruskan persepsi yang keliru," kata Anies.
Menurut Anies, komunikasi yang tidak berlangsung antara dirinya dengan beberapa pihak kadang melahirkan persepsi kurang baik.
Dia mengaku pernah dicap jelek hanya karena pihak tersebut tidak mengetahui utuh tentang dirinya.
Mulai dicap liberal saat menjadi rektor di Universitas Paramadina hingga dicap radikal saat kontestasi Pilkada DKI 2017.
"Komunikasi yang buntu membuat terbentuklah persepsi yang keliru. Termasuk sejak bertugas di Jakarta sampai sekarang (Pilpres) kami tidak pernah meminta, tapi diminta. Ini harus diketahui oleh semuanya," tandas Anies.