Pengamat Politik Rocky Gerung mengomentari soal gagalnya negosiasi yang dilakukan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan terkait bunga pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung (KCJB).
Sebelumnya, Luhut tengah mengupayakan agar China mau menurunkan suku bunga pinjaman untuk proyek Kereta Cepat menjadi 2 persen. Sayangnya, negosiasi tersebut gagal dan China tetap mematok suku bunga pinjaman 3,4 persen.
Namun, dikatakan Luhut bunga pinjaman sebesar 3,4 persen jauh lebih rendah dibandingkan kebanyakan negara lain yang rata-rata 6 persen.
Luhut kemudian mengambil pinjaman dengan bunga tersebut karena menurutnya Indonesia masih memiliki kemampuan bayar yang cukup kuat untuk melunasinya.
Menanggapi hal tersebut, Rocky menyoroti optimisme yang disampaikan Luhut soal kemampuan Indonesia membayar utang dengan bunga pinjaman sebesar itu.
Padahal, ia meyakini Luhut pasti menyimpan kecemasan apalagi Luhut termasuk orang yang mengerti tentang sistem utang piutang dunia.
“Optimisme tentu ada dan Pak Luhut nggak mungkin harus berkecil hati. Walaupun sebetulnya bagi orang yang mengerti sistim hutang perhutang dunia, Luhut harus sembunyikan kecemasan dia,” ujar Rocky, dikutip WE NewsWorthy dari kanal YouTube pribadi pada Rabu (12/4/2023).
Namun, karena kebobrokan proyek Kereta Cepat sudah terlanjur diketahui publik, mau tak mau Luhut menunjukkan optimismenya.
“Karena udah keburu kebuka di pers bahwa China menekan Indonesia dan Indonesia nggak mampu untuk negosiasi balik,” ujar Rocky.
Ahli ilmu filsafat ini kemudian mengingatkan bahwa kasus serupa Kereta Cepat akan kembali terulang karena sebenarnya telah gagal sejak perundingan pertama.
“Jadi kalau perundingan pertama gagal di bidang Kereta Cepat, juga mungkin terjadi penundaan-penundaan di bidang lain yang menyangkut perjanjian dengan China dan China bebankan kepada Indonesia,” jelas Rocky.