Nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan menjadi tiga tokoh dengan elektabilitas tertinggi sebagai kandidat Capres pada 2024.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai tiga nama kandidat capres tersebut akan selalu muncul di berbagai survei, lantaran ketiganya merupakan gambaran akan adanya poros koalisi politik di Pilpres 2024.
Tak hanya itu, ketiga nama top survei tersebut juga dianggap sebagai perwakilan dari pertarungan lanjutan Pilpres 2019.
Yunarto mencontohkan tingginya elektabilitas Ganjar karena dianggap sebagai perwakilan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dan dianggap sebagai tokoh yang akan melanjutkan program-program Jokowi.
Hal ini bisa dilihat jika tingkat kepuasan pemerintahan Jokowi tinggi, maka akan berpengaruh kepada elektabilitas Ganjar.
"Kenapa Ganjar terus menguat, karena dari latar belakang dan beberapa kesamaan secara personal branding Ganjar memiliki korelasi paling kuat untuk dilihat sebagai penerus Jokowi," ujar Yunarto dalam rekaman video yang diterima KOMPAS TV, Rabu (22/2/2023) malam.
Untuk Anies Baswedan, dianggap sebagai tokoh yang memiliki antitesis dari Jokowi.
Menurut Yunarto, faktor yang membuat elektabilitas Anies menurun adalah ketika publik puas dengan pemerintahan Jokowi.
Sebaliknya ketika kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi menurun elektabilitas Anies akan meningkat.
Sedangkan Prabowo Subianto sebagai penyeimbang dari kedua nama tersebut.
Tingginya elektabilitas Prabowo lantaran ketua umum Partai Gerindra tersebut jauh lebih dikenal publik dibanding Ganjar dan Anies.
"Prabowo masih kuat karena sudah punya investasi elektoral selama dua periode, walaupun secara identitas politik cenderung membingungkan sebagian pemilih. Satu sisi simbol antitesis Jokowi di masa lalu, tapi sekarang bagian dari loyalis Jokowi," ujar Yunarto.
Belum ada dominasi
Meski Ganjar, Prabowo dan Anies selalu masuk dalam tiga besar, tingkat elektabilitas ketiganya masih di bawah 50 persen.
Yunarto menilai faktor yang akan mempengaruhi kemenangan dari ketiga kandidat capres tersebut adalah kekuatan dari koalisi serta calon wakil presiden.
Menurutnya ketiga kandidat tersebut harus mampu memilih cawapres yang bisa mempengaruhi lumbung suara kandidat capres lain.
"Wakil akan jadi variabel penentu jika siapapun dari ketiga capres ini bisa mendapatkan cawapres yang bisa memberi efek komplementer di daerah capres tersebut lemah," ujar Yunarto.